Pasar Pagi, Takengon. 2011 |
Arena Pacuan Kuda Blang Bebangka. Tulisan Gayo Highland di Gunung Bur Gayo, yang mirip dengan tanda Holywoodnya amerika. Tulisan besar itu nangkring di puncak gunung, dan meskipun sekarang sudah ditambahi tulisan baru 'Tanoh Gayo' di depannya, tapi huruf 'D' di tulisan Highland masih hilang entah kemana. Dan banyak lagi lainnya.
Salah satu yang paling istimewa bagi saya adalah Pasar Pagi. Semua teman yang datang ke Takengon, pasti menyempatkan datang belanja sayur mayur ke pasar ini.
Biasa saja sih, hanya sebuah jalan di daerah Pasar Bawah, yang setiap pagi sampai menjelang siang berubah menjadi pasar. Sayurnya murah-murah, dan ada berbagai macam kebutuhan dapur yang dijual di situ. Tapi tampilannya yang terkesan klasik, menjadi warna tersendiri dan unik.
Pasar Pagi juga jadi tempat yang bagus untuk membeli oleh-oleh, seperti jeruk gayo, alpukat, terong belanda, dan banyak lagi hasil pertanian lainnya. Harganya relatif lebih murah di banding di tempat lain. Bahkan kalau membeli nenas, saya lebih memilih beli di sini ketimbang di wilayah pegasing yang menjadi sentra nenas di takengon.
Harganya pasti lebih murah. Alasannya sederhana, penjual yang biasanya juga petaninya, tidak mau repot harus pulang dengan membawa lagi nenas yang belum laku.
Sayangnya, Pasar Pagi sekarang sudah tidak ada lagi.
Kebijakan pemerintah yang menganggap daerah itu kotor dan mengganggu keindahan kota, membuat pasar itu dipindahkan ke komplek baru yang dibangun di samping terminal bus Paya Ilang. Hasilnya lebih bersih? Sama sekali tidak. Pembangunan komplek pasar yang sekedarnya, tanpa perencanaan soal drainase, genangan air di mana-mana. Belum lagi lorong yang sempit membuat sulit ketika belanja, plus tumpukan sampah organik (sayur, buah, dll) semakin membuat suasana tidak nyaman.
Ciri khasnya jadi hilang. Sekarang hanya jadi pasar biasa seperti yang lainnya.
Seandainya bukan direlokasi, tapi ditata dengan lebih baik. Pasar Pagi pasti masih menjadi salah satu tempat menarik untuk dikunjungi.
great..
ReplyDeleteKunjungan terakhir ke Pasar Pagi yang baru di samping terminal bus ini bulan Juni lalu setelah sebelumnya berkunjung ke pasar pagi yang lama yang lebih sepi. Pasar yang baru memang becek tapi kayaknya pasar kekgini memang udah jadi khas pasar tradisional di Indonesia kayak ya, Bang? Dan Citra paling senang masuk-masuk pasar becek gini. :D
ReplyDeleteMestinya jadi lebih bagus, Citra. Kan udah keluar uang segitu banyak untuk bikin tempat baru. Kalau jadinya tetep becek gitu, mending gak usah dipindah.
DeleteDirimu memang suka main becek ya. :D